Keyakinan kita dalam menjalani kehidupan, pandangan dunia
kita, cara pandang kita terhadap situasi atau masalah tertentu, terbangun dari
reaksi emosional kita terhadap kejadian-kejadian yang kita alami. Pengalaman
mendewasakan seseorang, kita sering mendengar kata bijak seperti itu. Dan
seringkali kita mendapati bahwa seseorang tidak pernah menjadi dewasa setelah
serangkaian pengalaman demi pengalaman ia lalui. Apakah nasihat bijak itu
keliru?
Kita tidak sedang menguji itu. Hanya menurut saya, akan
lebih tepat sekiranya kita menyatakan bahwa pengalaman membentuk seseorang
menjadi dirinya saat ini. Pengalaman membentuk keyakinan, pola berpikir, dan
cara pandang seseorang. Dengan itu semua ia menjalani kehidupannya, menghadapi
situasi-situasinya, dan menyelesaikan setiap masalahnya. Dengan prinsip
tertentu yang diyakininya orang mengenali jalan “terbaik” menurut dirinya
sendiri—setidaknya jalan yang paling familiar bagi dia. Pengantar di atas akan membantu kita untuk
melihat bagaimana setiap kejadian negatif memberi sumbangan kepada kita untuk memproses
terciptanya keyakinan sempit atau bahkan keyakinan yang keliru.
Dan dengan keyakinannya masing-masing, yang terbentuk
berdasarkan pengalaman hidupnya, setiap orang menjalani hidup kita, menjalin
hubungan dengan orang-orang di sekitarnya, dan menghadapi seluruh urusan
kesehariannya. Keyakinan yang keliru memiliki andil besar untuk membawa
seseorang kepada pengambilan kesimpulan yang keliru terhadap suatu situasi atau
sebuah kejadian. Seorang anak yang pernah dibentak oleh guru matematika karena
suatu tindakan yang menurut guru itu pantas dibentak, ia mungkin akan
mengembangkan emosi negatif dan sensitivitas tertentu kepada sosok guru itu.
Mungkin ia merasa terluka, dan mungkin ia merasa dibenci
oleh gurunya atau dipermalukan oleh gurunya, dan karena ia tidak suka kepada
guru matematika itu. Kemudian ia mengembangkan kebencian lebih lanjut kepada
semua hal yang berkaitan dengan guru itu, dan yang terdekat adalah pelajaran
matematika. Maka, ia lantas mengambil keputusan bahwa matematika bukanlah
pelajaran yang menyenangkan. Pada akhirnya, ia mungkin akan menganggap bahwa
setiap guru matematika adalah orang yang tidak menyenangkan dan demikian juga
pelajaran matematika. Begitulah, anak itu telah mengembangkan keyakinan palsu
di dalam dirinya. Dan biasanya ia akan selalu mencari alasan pembenar untuk
membuktikan bahwa keyakinannya itu layak dipertahankan.
Demikanlah keyakinan sempit berkembang dalam diri seseorang
dan pada akhirnya mengerangkeng orang itu. Anda tahu betapa sulitnya orang
untuk melepaskan diri dari anggapan umum bahwa ibu tiri selalu jahat. Bahkan
ketika sejumlah kenyataan membuktikan bahwa banyak ibu tiri yang baik, dan
sebaliknya tidak sedikit ibu kandung yang jahat, anggapan umum tetap tak
berubah tentang ibu tiri. Satu hal di dunia ini yang nyaris sama celakanya
dengan ibu tiri di mata banyak orang adalah uang. Di bagian berikut ini kita
akan membicarakan bagaimana uang selalu mendapatkan pelecehan di dalam
keyakinan sebagian besar orang.
Sumber: Ebook EFT – By: AS. Laksana
0 komentar:
Posting Komentar