Selasa, 19 April 2016

Keyakinan Sempit




Keyakinan kita dalam menjalani kehidupan, pandangan dunia kita, cara pandang kita terhadap situasi atau masalah tertentu, terbangun dari reaksi emosional kita terhadap kejadian-kejadian yang kita alami. Pengalaman mendewasakan seseorang, kita sering mendengar kata bijak seperti itu. Dan seringkali kita mendapati bahwa seseorang tidak pernah menjadi dewasa setelah serangkaian pengalaman demi pengalaman ia lalui. Apakah nasihat bijak itu keliru? 

Kita tidak sedang menguji itu. Hanya menurut saya, akan lebih tepat sekiranya kita menyatakan bahwa pengalaman membentuk seseorang menjadi dirinya saat ini. Pengalaman membentuk keyakinan, pola berpikir, dan cara pandang seseorang. Dengan itu semua ia menjalani kehidupannya, menghadapi situasi-situasinya, dan menyelesaikan setiap masalahnya. Dengan prinsip tertentu yang diyakininya orang mengenali jalan “terbaik” menurut dirinya sendiri—setidaknya jalan yang paling familiar bagi dia.  Pengantar di atas akan membantu kita untuk melihat bagaimana setiap kejadian negatif memberi sumbangan kepada kita untuk memproses terciptanya keyakinan sempit atau bahkan keyakinan yang keliru. 

Dan dengan keyakinannya masing-masing, yang terbentuk berdasarkan pengalaman hidupnya, setiap orang menjalani hidup kita, menjalin hubungan dengan orang-orang di sekitarnya, dan menghadapi seluruh urusan kesehariannya. Keyakinan yang keliru memiliki andil besar untuk membawa seseorang kepada pengambilan kesimpulan yang keliru terhadap suatu situasi atau sebuah kejadian. Seorang anak yang pernah dibentak oleh guru matematika karena suatu tindakan yang menurut guru itu pantas dibentak, ia mungkin akan mengembangkan emosi negatif dan sensitivitas tertentu kepada sosok guru itu. 

Mungkin ia merasa terluka, dan mungkin ia merasa dibenci oleh gurunya atau dipermalukan oleh gurunya, dan karena ia tidak suka kepada guru matematika itu. Kemudian ia mengembangkan kebencian lebih lanjut kepada semua hal yang berkaitan dengan guru itu, dan yang terdekat adalah pelajaran matematika. Maka, ia lantas mengambil keputusan bahwa matematika bukanlah pelajaran yang menyenangkan. Pada akhirnya, ia mungkin akan menganggap bahwa setiap guru matematika adalah orang yang tidak menyenangkan dan demikian juga pelajaran matematika. Begitulah, anak itu telah mengembangkan keyakinan palsu di dalam dirinya. Dan biasanya ia akan selalu mencari alasan pembenar untuk membuktikan bahwa keyakinannya itu layak dipertahankan. 

Demikanlah keyakinan sempit berkembang dalam diri seseorang dan pada akhirnya mengerangkeng orang itu. Anda tahu betapa sulitnya orang untuk melepaskan diri dari anggapan umum bahwa ibu tiri selalu jahat. Bahkan ketika sejumlah kenyataan membuktikan bahwa banyak ibu tiri yang baik, dan sebaliknya tidak sedikit ibu kandung yang jahat, anggapan umum tetap tak berubah tentang ibu tiri. Satu hal di dunia ini yang nyaris sama celakanya dengan ibu tiri di mata banyak orang adalah uang. Di bagian berikut ini kita akan membicarakan bagaimana uang selalu mendapatkan pelecehan di dalam keyakinan sebagian besar orang.

Sumber: Ebook EFT – By: AS. Laksana

0 komentar:

Posting Komentar